"the DaRk of your Life" When I get my desiRe, I kill you never before like this. Like you can running far out me...My voice, My face, Even My smell..its invite you to stay Life until hereafter Day" Created By : Harun



Dalam perjalanan suatu bangsa, regenerasi adalah suatu hal yang mutlak diperlukan. Dengan adanya regenerasi ini, bangsa tersebut dapat dikatakan “terselamatkan” dari ‘kepunahan” akibat seleksi alam. Generasi penerus bangsa adalah wayang yang dibutuhkan untuk menghidupkan lakon seorang pemuda dalam peranan pembangunan dan perkembangan bangsa tersebut. Para generasi ini memainkan perannya agar bangsanya dapat menuju kemakmuran dan kemajuan. Setiap negara memberlakukan hal ini, tidak terkecuali Indonesia.

Indonesia adalah bangsa yang kaya. Kaya akan hasil bumi, budaya yang majemuk dan keheterogenan suku dan bahasa. Namun kekayaan ini kurang teroptimalkan oleh manusianya. Mengapa hal ini dpat terjadi ?

Jawabannya hanya satu, yaitu generasinya tidak siap mengolah sumber daya yang tersedia. Bahkan generasinya lumpuh untuk berbuat, takut untuk berucap dan malu karena tak mampu. Kita kembali bertanya mengapa generasi bangssa ini bisa seperti itu ? apa yang menyebabkannya ?

Pendidikan. Pendidikan membuat bangsa ini diremehkan. Pada kenyataannya pendidikan tidak serta merta mendidik generasi abngsa ini. Karena tidak hanya intelektualitas yang diperlukan, neamun kecerdasan emosional dan kematangan pribadi harus setia mendampingi. Mahasiswa adalah aset bangsa. Aset yang akan membawa perubahan pada waktunya. Mahasiswa diharapkan mampu membawa negeri ini menuju titik kejayaan tertinggi. Namun harapan itu sangat kintradiktif dengan realita yang ada. Sekarang kebanyakkan orang menilai bahwa mahasiswa hanya dianggap sekoloni organisasi yang aktif dalam menentang peraturan pemerintah, yang kritis pada soal-soal politis, anarkis dan idealis. Mahasiswa dianggap pemberontak, pembuatan kerusuhan,“manusia tidak ada kerjaan”, dan pandangan negatif lainnya.

Dalam konteks ini mayoritas mahasiswa di perguruan tinggi di Indonesia yang insyaallah siap dalam intelektualitas, namun miskin akan moral dan kematangan emosional. Ditelevisi, sering kita melihat mahasiswa identik dengan deminstrasi yang jarang mengukir prestasi. Berbagai awak mesia mengabarkan, kerusuhan mahasiswa dari satu universitas dengan universitas lainnya, perkelahian antar fakultas, penolakan terhadap peraturan kampus sampai penolkkan terhadap kebijakan pemerintah.

Namun bagaimanakah mahaiswa itu sesungguhnya ? Apakah yang menjadi kriteria dari seorang mahasiswa ?

Setiap orang pasti menginginkan dirinya lebih baik. Namun pilihan untuk menjadi lebih baik adalah hak fundamendal kita. Nasib ada di tangan kita. Untuk menjadi mahasiswa yang sesungguhnya juga merupakan sebuah pilihan. Mahasiswa pada zaman keemasannya di Indonesia adalah mahasiswa yang mampu bersatu, menyatukan satu tujuan dan satu harapan karena mereka dlam situasi yang sama menginginkan kemerdekaan Indonesia. Mahasiswa sebagai salah satu elemen pembentuk pemuda Indonesia tentunya memiliki proporsi yang lebih, mengingat citra seorang mahasiswa yang memiliki intelektualitas yang lebih, berjiwa mengabdi kepada masyarakat, dan bersifat kepemimpinan.

Mahasiswa merupakan icon bagi perubahan kebijakan di kampus. Bahkan pernah dikatakan bahwa mahasiswa merupakan agen of change bagi masa depan sutu bangsa. Inilah arti sesungguhnya ”mahasiswa”. Mahasiwa adalah kaum intelektual yang akan mengubah tatanan kehidupan suatu bangsa menuju peradaban yang lebih baik Sehingga paradigma ini memberikan satu gambaran bahwa setiap mahasiswa harus aktif dalam setiap kegiatan di kampus dan bahkan sampai di tingkat negara. Mengapa hal ini perlu dilakukan ?. mahasiwa perlu berperan serta dalam setiap langkah yang ditentukan pemerintah agar setiap kebijakan yang diambil pemerintah, merupakan kebijakan yang tepat dan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan kata lain, mahasiswa menjadi badan yang mengawasi kinerja negara bukan hanya badan yudikatif saja yang memiliki wewenang itu. Namun mahasiswa perlu berperan juga. Sejarah telah mencatat bahwa pada tahun 1996 – 1998, mahasiswa mengalami masa – masa menegangkan dan penuh perjuangan dalam mengawal masa kepemimpinan rezim Suharto. Bukan hanya harta dan waktu, tetapi nyawapun siap untuk mereka korbankan.


Hal – hal di atas terjadi karena paradigma yang mereka anut adalah mencangkup masalah sosial, politik, dan budaya. Namun, disisi lain masalah kuliah atau study menjadi kurang terurus. Itulah kondisi dari mahasiswa dari mahasiswa zaman kemarin (zaman perjuangan). Tampaknya telah terjadi pergeseran paradigma mahasiswa kemaren dan saat ini. Kalau kemarin mahasiswa cenderung bergerak untuk kesejahteraan masyarakat namun terkadang lupa akan studynya. Sekarang malah sebaliknya yaitu aktif mengejar urusan study namun jiwa sosialnya mulai luntur. Hal ini menunjukkan bahwa zaman telah berubah. Dulu semangat persatuan itu sangat kental membabjiri tiap tetes darah mahasiswa. Sekarang, mahasiswa lebih mementingkan personalitas reason demi tercapainya kehidupan mereka yang lebih baik. Apakah kita harus menjadi generasi sekarang atau generasi terdahulu ? apapun pilihan yang akan kita ambil percayalah bahwa Mahasiswa ideal adalah mahasiswa yang memiliki paradigma komperhensif terhadap kehidupan pribadi, sosial dan negara, bahkan dunia ini. Mahasiswa sebagai kaum intelektual selalu kritis terhadap segala perkembangan yang terjadi di negaranya tanpa melupakan kebutuhan pribadinya, seperti kuliah dan lainnya. Namun, terkadang akan ada benturan antara kepentingan pribadi dan sosial. Dan Mahasiswa Ideal lebih mengutamakan kepentingan sosial dari pada kepentingan personal. Nabi Muhammad sudah cukup menjadi tokoh tauladan kita, tanpa mengabaikan umatnya, urusan nya pun tetap dijalani dengan harmoni.


-HIDUP MAHASISWA-